Berikut ini adalah sepenggal kisah dari episode kehidupan Nabi  Muhammad saw yang dinukil dari kitab “Duratun Nashihin”. Kisah ini  menggambarkan keadilan Rasulullah dan kecintaan para  sahabatnya. Sebuah cinta yang berlandaskan iman dan  berbalas surga.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa setelah  dekat wafat Nabi Muhammad SAW, Beliau memerintahkan Bilal untuk  menyerukan shalat kepada manusia. Bilal lalu menyerukan Adzan dan  berkumpullah para Sahabat Muhajirin dan Anshar ke Masjid Rasulullah SAW.  Beliau mengerjakan shalat dua rakaat ringan bersama para sahabat.  Kemudian naik mimbar, memuji dan menyebut keagungan Allah SWT.
Beliau  berkhutbah dengan sebuah khutbah yang dalam, hati menjadi takut  karenanya, dan air mata bercucuran karenanya.
Kemudian Beliau  bersabda: “Wahai sekalian muslimin, sesungguhnya aku adalah seorang Nabi  kepada kamu, pemberi nasihat dan berda’wah kepada Allah SWT dengan  seijinNya. Dan aku berlaku kepadamu sebagai seorang saudara yang  menyayangi dan sekaligus sebagai ayah yang belas kasih. Barang  siapa diantara kamu yang mempunyai suatu penganiayaan pada diriku, maka  hendaklah dia berdiri dan membalas kepadaku sebelum  datang balas membalas di hari kiamat.”
Tidak ada seorangpun yang  berdiri menghadapnya, sehingga Beliau bersabda demikian kedua kali dan  ketiga kalinya. Barulah berdiri seorang laki-laki bernama Akasyah  bin Muhshin.
Berdirilah dia di depan Nabi Muhammad SAW  dan berkata: “Demi Ayah dan Ibuku sebagai tebusanmu Ya Rasulullah,  seandainya engkau tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali, tentu aku  tidak akan mengajukan sesuatu mengenai itu. Sungguh aku pernah bersamamu  di Perang Badar. Saat itu untaku mendahului untamu. Maka turunlan aku  dari unta dan mendekatimu agar aku dapat mencium pahamu. Tetapi engkau  lalu mengangkat tongkat yang biasa engkau pergunakan untuk memukul unta  agar cepat jalannya dan engkau pukul lambungku. Aku  tidak tahu apakah itu atas kesengajaan dirimu atau engkau maksudkan  untuk memukul untamu ya Rasulullah?”.
Rasulullah bersabda: “Mohon  perlindungan kepada Allah hai Akasyah, kalau Rasulullah sengaja  memukulmu.”
Bersabda lagi Beliau kepada Bilal: “Hai Bilal,  berangkatlah ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku.”
Maka  keluarlah Bilal dari Masjid sedang tangannya diatas kepalanya: “Ini  adalah Rasulullah, sekarang Beliau memberikan dirinya untuk  diqishash.”
Dia mengetuk pintu Fathimah, dan bertanyalah  Fathimah: “Siapa yang ada di depan pintu?”
Bilal menjawab: “Aku  datang untuk mengambil tongkat Rasulullah”
Fathimah bertanya: “Hai  Bilal, apa yang akan diperbuat Ayah dengan tongkat itu?”
Bilal  menjawab: “Hai Fathimah, Ayahmu memberikan dirinya untuk di qhisash.”
Fathimah  bertanya lagi: “Hai Bilal, siapakah yang sampai hatinya mau  membalas pada Rasulullah?”
Lalu Bilal mengambil tongkat  itu dan masuklah dia ke Masjid serta memberikan tongkat itu kepada  Rasulullah, sedang Rasul kemudian menyerahkannya kepada Akasyah.
Ketika  Abu Bakar dan Umar ra. memandangnya, maka berdirilah mereka  berdua dan berkata: “Hai Akasyah, aku masih berada didepanmu,  maka balaslah kami dan janganlah engkau membalas kepada Nabi Muhammad  SAW.”
Bersabdalah Rasulullah SAW: “Duduklah engkau berdua, Allah  telah mengetahui kedudukanmu.”
Berdiri pula Ali ra.  dan berkatalah dia: “Hai Akasyah, aku masih hidup di depan Nabi  Muhammad SAW. Tidak akan aku sampai hati kalau engkau membalas  Rasulullah SAW. Ini punggungku dan perutku, balaslah aku dengan  tanganmu dan deralah aku dengan tanganmu.”
Nabi Muhammad  SAW bersabda: “Hai Ali, Allah telah mengetahui kedudukan dan niatmu.”
Berdiri pula Hasan dan Husain, dan mereka berkata: “Hai Akasyah, bukankah engkau mengenal kami berdua. Kami adalah dua orang cucu Rasulullah. Membalas kepada kami adalah sama seperti membalas kepada Rasulullah.”
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Duduklah engkau  berdua wahai penyejuk mataku.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW  bersabda: “Hai Akasyah, pukullah kalau engkau mau memukul.”
Akasyah  berkata: “Ya Rasulullah, engkau memukulku dahulu dalam keadaan aku  tidak terhalang pakaianku.”
Lalu Rasulullah menyingkapkan  pakaiaannya, dan berteriaklah orang-orang Islam yang hadir seraya  menangis.
Ketika melihat putihnya jasad Rasulullah, Akasyah  menubruknya dan mencium punggungnya.
Berkatalah dia: “Nyawaku sebagai tebusanmu ya Rasulullah, siapakah yang akan sampai hati untuk membalasmu ya Rasulullah. Aku melakukannya hanya mengharapkan agar tubuhku dapat menyentuh jasadmu yang mulia, dan Allah akan memelihara aku berkat kehormatanmu dari neraka.”
Berkatalah dia: “Nyawaku sebagai tebusanmu ya Rasulullah, siapakah yang akan sampai hati untuk membalasmu ya Rasulullah. Aku melakukannya hanya mengharapkan agar tubuhku dapat menyentuh jasadmu yang mulia, dan Allah akan memelihara aku berkat kehormatanmu dari neraka.”
Bersabdalah  Nabi Muhammad SAW: “Ingat, barang siapa yang ingin melihat  penghuni surga maka hendaklah dia melihat orang ini.”
Semua  orang Islam yang hadir berdiri, dan mencium antara kedua mata Akasyah  seraya berkata: “Beruntung sekali engkau, engkau berhasil mendapatkan  derajat yang tinggi dan berkawan dengan Nabi Muhammad SAW di surga.




0 komentar:
Posting Komentar