indonesia blog

blog-indonesia.com

Di Kala Dulu


Rincian Penghasilan Anggota DPR

Berdasarkan Surat Edaran Setjen DPR RI No. KU.00/9414/DPR RI/XII/2010 tentang Gaji Pokok dan Tunjangan Anggota DPR, total take home pay untuk anggota DPR yang merangkap ketua alat kelengkapan adalah Rp 54,9 juta. Sedangkan gaji untuk anggota DPR yang merangkap anggota alat kelengkapan adalah Rp 51,5 juta.
Total take home pay anggota DPR yang merangkap ketua alat kelengkapan adalah Rp 54,9 juta, dan untuk anggota DPR yang merangkap anggota alat kelengkapan adalah Rp 51,5 juta.
Sebagi pembanding, gaji dari anggota DPR tahun 2004 - 2009 gaji bulanan Rp 46.100.000. Namun ditambah biaya tunjangan, biaya reses, dan gaji ke-13, setiap anggota DPR RI per tahun kira-kria mencapai Rp 1 miliar per tahun.
Berikut Rincian Gaji DPR RI Masa Bhakti 2004 - 2009
Rutin perbulan meliputi :
Gaji pokok : Rp 15.510.000
Tunjangan listrik : Rp 5.496.000
Tunjangan Aspirasi : Rp 7.200.000
Tunjangan kehormatan : Rp 3.150.000
Tunjangan Komunikasi : Rp 12.000.000
Tunjangan Pengawasan : Rp 2.100.000
Total : Rp 46.100.000/bulan
Total per tahun : Rp 554.000.000
Masing-masing anggota DPR mendapatkan gaji yang sama. Sedangkan penerimaan nonbulanan atau nonrutin. Dimulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap bulan Juni.
Gaji ke-13 : Rp 16.400.000
Dana penyerapan (reses) : Rp 31.500.000
Dalam satu tahun sidang ada empat kali reses jika ditotal selama pertahun totalnya sekitar Rp 118.000.000 setahun. Sementara penghasilan yang bersifat sewaktu-waktu yaitu:
Dana intensif pembahasan rancangan undang-undang dan honor melalui uji kelayakan dan kepatutan sebesar Rp 5.000.000/kegiatan
Dana kebijakan intensif legislative sebesar Rp 1.000.000/RUU
Jumlah keseluruhan yang diterima anggota DPR dalam setahun mencapai hampir Rp 1 milyar. Data tahun 2006 jumlah per tahun dana yang diterima anggota DPR mencapai Rp 761.000.000, dan tahun 2007 mencapai Rp 787.100.000.
Fasilitas anggota DPR RI, 2004-2009
A. Gaji pokok dan tunjangan
1. Rp 4.200.000/bulan
2. Tunjangan
a. Jabatan Rp 9.700.000/ bulan
b. Uang paket Rp 2.000.000/bulan
c. Beras Rp 30.090/jiwa/ bulan
d. Keluarga:
Suami/istri (10% X Gaji pokok Rp 420.000/bln)
Anak (25 X Gaji pokok Rp 84.000/jiwa/ bulan)
e. Khusus pph, pasal 21 Rp 2.699.813
B. Penerimaan lain-lain
1. Tunjangan kehormatan Rp 3.720.000/bulan
2. Komunikasi intensif Rp 4.140.000/bulan
3. Bantuan langganan listrik dan telepon Rp 4.000.000
4. Pansus Rp 2.000.000/undang- undang per paket
5. Asisten anggota (1 orang Rp 2.250.000/bulan)
6. Fasilitas kredit mobil Rp 70.000.000/orang/ per periode
C. Biaya perjalanan
1. Paket pulang pergi sesuai daerah tujuan masing-masing
2. Uang harian:
a. Daerah tingkat I Rp 500.000/hari
b. Derah tingkat II Rp 400.000/hari
3. Uang representasi:
a. Daerah Tingkat I Rp 400.000
b. Daerah Tingkat II Rp 300.000
(keterangan: lamanya perjalanan sesuai program kerja, dan sebanyak-banyaknya 7 hari untuk kunjungan kerja per orangan, dan 5 hari untuk kunjungan kerja tim komisi/gabungan komisi)
D. Rumah jabatan
1. Anggaran pemeliharaan
- RJA Kalibata, Jakarta Selatan Rp 3.000.000/rumah/ tahun
- RJA Ulujami, Jakarta Barat Rp 5.000.000/rumah/ tahun
2.. Perlengkapan rumah lengkap
E. Perawatan kesehatan uang duka dan biaya pemakaman
1. Biaya pengobatan (oleh PT Askes)
- Anggota DPR, suami/anak kandung/istri dan atau anak angkat dari anggota yang bersangkutan.
- Jangkauan pelayanan nasional:
Diprovider di seluruh Indonesia yang ditunjuk termasuk provider ekslusif untuk rawat jalan dan rawat inap.
2. Uang duka :
- wafat (3 bulan X gaji)
- tewas (6 bulan x gaji)
3. Biaya pemakaman Rp 1.050.000/orang
F. Pensiunan
1. Uang pensiun (60% x gaji pokok) Rp 2.520.000/bulan
2. Tunjangan beras Rp 30.090/jiwa/ bulan.

DPR Serukan Dunia Untuk Seret Israel Ke Mahkamah Internasional

Akhir Januari 2013 lalu, sebuah Panel Pencari Fakta tentang Pemukiman ilegal Israel di Tanah Palestina yang dibentuk oleh Dewan HAM PBB meminta Israel untuk berhenti membangun pemukiman ilegal mereka di Palestina. Isreal juga diminta untuk menarik lebih dari setengah juta pemukiman ilegalnya dari Tepi Barat jika Israel tidak ingin diseret ke Mahkamah Internasional karena kejahatan perang.
Wakil Ketua DPR RI bidang hubungan luar negeri, politik, hukum dan keamanan, Priyo Budi Santoso menyambut gembira ancaman terhadap Israel ini. “Ini merupakan tanda-tanda bahwa Dewan HAM PBB telah kembali mengayunkan palu godamnya kepada kejahatan yang telah dilakukan Israel. Masyarakat dunia telah letih menunggu terlalu lama sejak 1967 ketika Israel mulai secara sistematis merencanakan, mengkonstruksikan dan membangun pemukiman ilegal tersebut.” tandas politisi Partai Golkar ini.
Selanjutnya Priyo mengingatkan bahwa secara hukum HAM internasional, Israel adalah makanan empuk untuk dijadikan tersangka dan diseret ke meja hijau. “Sangat jelas di pasal 49 Konvensi Jenewa ke-4 dijabarkan bahwa negara agresor dilarang untuk mendeportasi atau memindahkan penduduk-penduduk sipil ke wilayah pendudukan mereka. Jadi pasal ini yang dilanggar oleh Israel sehingga dunia internasional harus bertindak mengadili penjahat perang yang satu ini.” tegas dia.
Ia mengakui sulitnya memberikan sanksi kepada Israel karena selama ini PBB selalu terpecah suaranya atas resolusi pemberian sanksi terhadap Israel terutama karena adanya veto yang dilakukan oleh beberapa Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB. “Saya mahfum denga peta politik internasional yang masih berat sebelah. Tapi, kita tidak boleh patah arang. Israel adalah pihak dari Konvensi Jenewa jadi bisa saja diseret ke Mahkamah Internasional atas tindakan kejahatan perang yang mereka lakukan.” ungkapnya lagi.
Lebih lanjut Priyo menyerukan masyarakat internasional untuk bertindak menentukan nasib Israel selanjutnya. “Nah, sekarang bola sudah dilemparkan oleh Panel yang bernama lengkap International Fact-Finding Mission on Israeli Settlements in the Occupied Palestinian Territory ini. Meskipun laporan resmi dari kejahatan perang Israel ini baru akan dirilis pada 18 Maret 2013 nanti, namun pergerakan diplomasi untuk menyikapi laporan ini bisa digulirkan sejak detik ini.
Panel ini bekerja atas dasar Resolusi 19/17 yang diketok palu pada tanggal 22 Maret 2012 di Dewan HAM PBB. Legalitasnya sangat kuat sehingga tidak ada alasan untuk berdiam saja. Saya akan meminta Pemerintah khususnya kepada Menteri Luar Negeri RI agar Indonesia menjadi negara terdepan mengkampanyekan tindak lanjut dari laporan ini secara hukum HAM internasional.” ujar Priyomenegaskan. (mp,de)/foto:iwan armanias/parle.

Sejarah DPR

Sejarah

Sejarah DPR mulai jaman penjajahan s.d. KNIP

  1. Volksraad
  2. Masa perjuangan Kemerdekaan
  3. Dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut:
Ketua Mr. Kasman Singodimedjo Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary Wakil Ketua III Adam Malik




Periode Volksraad (Jaman Penjajahan Belanda)

Pasal 53 sampai dengan Pasal 80 Bagian Kedua Indische Staatsregeling, wet op de Staatsinrichting van Nederlandsh-Indie (Indische Staatsrgeling) yang ditetapkan pada tanggal 16 Desember 1916 serta diumumkan dalam Staatsblat Hindia No. 114 Tahun 1916 dan berlaku pada tangal 1 Agustus 1917 memuat hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan legislatif, yaitu Volksraad (Dewan Rakyat).
Berdasarkan konstitusi Indische Staatsrgeling buatan Belanda itulah, pada tanggal 18 Mei 1918 Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum atas nama pemerintah penjajah Belanda membentuk dan melantik Volksraad (Dewan Rakyat).
Keanggotaan Volksraad:
Tahun 1918:
Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 38 orang (20 orang dari golongan Bumi Putra)
Tahun 1927:
Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 55 orang (25 orang dari golongan Bumi Putra)
Tahun 1930:
Ketua 1 orang (diangkat oleh Raja) Anggota 60 orang (30 orang dari golongan Bumi Putra)



Volksraad mempunyai hak yang tidak sama dengan parlemen, karena volksraad tidak mempunyai hak angket dan hak menentukan anggaran belanja negara.
Kaum Nasionalis moderat antara lain Hohammad Husni Thamrin, dll. menggunakan Volksraad sebagai jalan untuk mencapai cita-cita Indonesia Merdeka memalui jalan Parlemen. Usul-usul anggota seperti Petisi Sutardjo Tahun 1935 yang berisi "permohonan kepada Pemerintah Belanda agar diadakan pembicaraan bersama antara Indonesia dan Berlanda dalam suatu perundingan mengenai nasib Indonesia di masa yang akan datang", atau Gerakan Indonesia Berparlemen dari Gabungan Politik Indonesia yang berisi keinginan adanya parlemen yang sesungguhnya sebagai suatu tahap untuk menuju Indonesia Merdeka, ternyata ditolak pemerintah Hindia Belanda.
Pada Awal perang Dunia II Anggota-anggota Volksraad mengusulkan dibentuknya milisi pribumi untuk membantu Pemerintah menghadapi musuh dari luar, usul ini juga ditolak. Tanggal 8 Desember 1941 Jepang melancarkan serangan ke Asia.
Tanggal 11 Januari 1942 Tentara Jepang pertama kali menginjak bumi Indonesia yaitu mendarat di Tarakan (kalimantan Timur). Hindia Belanda tidak mampu melawan dan menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, dan Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia. Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi.


Jaman Kemerdekaan

Rakyat Indonesia pada awalnya gembira menyambut tentara Dai Nippon (Jepang), yang dianggap sebagai saudara tua yang membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Namun pemerintah militer Jepang tidak berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda.
Semua kegiatan politik dilarang. Pemimpin-pemimpin yang bersedia bekerjasama, berusaha menggunakan gerakan rakyat bentukan Jepang, seperti Tiga-A (Nippon cahaya Asia, Pelindung Asia, dan Pemimpin Asia) atau PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), untuk membangunkan rakyat dan menanamkan cita-cita kemerdekaan dibalik punggung pemerintah militer Jepang.
Tahun 1943, dibentuk Tjuo Sangi-in, sebuah badan perwakilan yang hanya bertugas menjawab pertanyaan Saiko Sikikan, penguasa militer tertinggi, mengenai hal-hal yang menyangkut usaha memenangkan perang Asia Timur Raya. Jelas bahwa Tjuo Sangi-in bukan Badan Perwakilan apalagi Parlemen yang mewakili bangsa Indonesia.
Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang dibom atom oleh "Serikat" dan Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang. Dengan demikian Jepang akan kalah dalam waktu singkat, sehingga Proklamasi harus segera dilaksanakan.
Tanggal 16 Agustus 1945, tokoh-tokoh pemuda bersepakat menjauhkan Sukarno-Hatta ke luar kota (Rengasdengklok Krawang) dengan tujuan menjauhkan dari pengaruh Jepang yang berkedok menjanjikan kemerdekaan, dan didesak Sukarno-Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah berunding selama satu malam di rumah Laksamana Maeda,maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia membacakan Proklamasi Kemerdekaan di halaman rumahnya Pengangsaan Timur 56, Jakarta.


Periode KNIP (29 Agustus 1945 s/d Pebruari 1950)

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945.
Sesuai dengan ketentuan dalam Aturan Peralihan, tanggal 29 Agustus 1945, dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP beranggotakan 137 orang. Komite Nasional Pusat ini diakui sebagai cikal bakal badan Legislatif di Indonesia, dan tanggal pembentukan KNIP yaitu 29 Agustus 1945 diresmikan sebagai hari jadi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA.
Pimpinan KNIP:
Ketua Mr. Kasman Singodimedjo Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary Wakil Ketua III Adam Malik
Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia.
KNIP telah mengadakan sidang di Kota Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun 1949.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di medan-perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang menentang perundingan.
Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke daerah Republik.


Periode DPR

1. Komite Nasional Indonesia Pusat 29Aug 1945 - 15 Feb 1950
2.  DPR dan Senat  RIS 15 Feb 1950 - 16 Aug 1950
3.  DPRS    16 Aug 1950 - 26 Mar 1956
4.  DPR hasil Pemilu I 26 Mar 1956 - 22 Jul 1959
5.  DPR setelah Dekrit Presiden  22 Jul 1959 - 26 Jun 1960
6.  DPR GR  26 Jun 1960 - 15 Nov 1965
7.  DPR GR minus PKI 15 Nov 1965 - 19 Nov 1966
8.  DPR GR Orde Baru  19 Nov 1966 - 28 Oct 1971
9.  DPR hasil pemilu 2     28 Oct 1971 - 01 Oct 1977
10. DPR hasil pemilu 3     01 Oct 1977 - 01 Oct 1982
11. DPR hasil pemilu 4     01 Oct 1982 - 01 Oct 1987
12. DPR hasil pemilu 5     01 Oct 1987 - 01 Oct 1992
13. DPR hasil pemilu 6     01 Oct 1992 - 01 Oct 1997
14. DPR hasil pemilu7     01 Oct 1997 - 01 Oct 1999
15. DPR hasil pemilu 8     01 Oct 1999 - 01 Oct 2004
16. DPR hasil pemilu 9     01 Oct 2004 - 01 Oct 2009
17. DPR hasil pemilu 10     01 Oct 2009 - 01 Oct 2014

info kuliah

semua tentang info kuliah. bisa kalian dapetin lewat sini.., info mahasiswa,,,nilai n masih banyak dah,.. pokonyehh all about kuliah BSI
KLIK DI BAWAH SINIIII.....
info mahasiswa BSI


Saat ini Anda berada di situs Sistem Informasi Akademik Mahasiswa (student.bsi.ac.id). Situs ini dikhususkan bagi mahasiswa/mahasiswi Akademi-akademi Bina Sarana Informatika dalam memperoleh informasi akademik (nilai), pembayaran biaya kuliah, pendaftaran ujian Her, TA, dll.
Gunakan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) dan password yang berupa tanggal lahir Anda untuk mengakses Sisfo Akademik ini.
Terima kasih. Sukses selalu untuk Anda.

Bersantai di Pantai Tanjung Pakis, Pakis Jaya – Karawang

Bersantai di Pantai Tanjung Pakis, Pakis Jaya – Karawang



Kali ini saya coba menyajikan coretan luntang-lantung ke pesisir utara Karawang, tepatnya ke “Pantai Tanjung Pakis”.
Kawasan wisata Pantai Tanjung Pakis dapat dijadikan sebagai alternatif tujuan wisata, terutama wisata keluarga. Selain lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, pantai ini menawarkan suasana yang cukup nyaman untuk bersantai bersama keluarga.

Pantai Tanjung Pakis terletak di Kecamatan Pakis Jaya Kabupaten Karawang. Untuk menuju lokasi ini, bisa menempuh rute :
Jakarta – Karawang – Rengasdengklok – Batu Jaya – Pakis Jaya – Tanjung Pakis.

Untuk melihat dengan google maps, silahkan klik disini…
Setelah rampungnya pembangunan jembatan sungai Citarum yang menghubungkan kecamatan Sukakarya (Bekasi) dengan kecamatan Batu Jaya (Karawang) beberapa waktu yang lalu,  bisa menempuh rute:
Jakarta – Cikarang (Bekasi) – Sukatani (Bekasi) – SukaKarya (Bekasi) – Batu Jaya (Karawang) – Pakis Jaya (Karawang) – Tanjung Pakis.
Kondisi jalan sampai memasuki kecamatan Pakis Jaya cukup baik yaitu berupa jalan raya yang sudah dicor. Kira-kira 3Km sebelum lokasi,  akan melewati jalanan berbatu dan berlubang tapi masih bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

Pantai yang pada bulan Juli lalu sempat dihebohkan oleh ikan  Paus yang terdampar ini menawarkan beberapa jenis wisata yaitu kuliner, outbond dan tentunya wisata pantai.

Kuliner di tempat ini benar-benar membuat ketagihan. Sajian udang windu, bandeng bakar serta makanan seafood lainnya menghadirkan santapan yang super lezat.


Garis pantai yang panjang membuat para pengunjung leluasa untuk bermain, berenang atau sekedar berjalan-jalan di pinggir pantai.



SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA KABUPATEN KARAWANG

SEJARAH SINGKAT LAHIRNYA KABUPATEN KARAWANG
Bila kita melihat jauh ke belakang, ke masa Tarumanegara hingga lahirnya Kabupaten Karawang di Jawa Barat, Berturut-turut berlangsung suatu pemerintahan yang teratur, baik dalam system pemerintahan pusat (Ibu Kota). Pemegang kekuasaan yang berbeda, seperti Kerajaan Taruma Negara (375-618) Kerajaan Sunda (Awal Abad VIII-XVI). Termasuk pemerintahan Galuh, yang memisahkan diri dari kerajaan Taruma Negara, ataupun Kerajaan Sunda pada tahun 671 M. Kerajaan Sumedanglarang (1580-1608, Kasultanan Cirebon (1482 M) dan Kasultanan Banten ( Abad XV-XIX M).
Sekitar Abad XV M, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama besar Syeikh   Hasanudin bin Yusuf Idofi, dari Champa, yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, beliau merupakan seorang Hafidh Al-Quran yang bersuara merdu. Kemudian ajaran agama islam tersebut dilanjutkan penyebarannya oleh para Wali yang disebut Wali Sanga. Setelah Syeikh Quro Wafat, tidak diceritakan dimakamkan dimana. Hanya saja, yang ada dikampung Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, merupakan maqom (dimana Syech Quro pernah Tinggal).
Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Hal ini menjadikan apabila Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an artinya tempat berawa-rawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan geografis Karawang yang berawa-rawa, bukti lain yang dapat memperkuat pendapat tersebut. Selain sebagian rawa-rawa yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti : Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain.
Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang pada masa itu, merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa buku-buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa : Pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah : “ CARAVAN “ sekitar muara Citarum”, Yang disebut CARAVAN, dalam sumber tadi adalah daerah Karawang, yang memang terletak sekitar Sungai Citarum.
Sejak dahulukala, bila orang-orang yang bepergian akan melewati daerah-daerah rawa, untuk keamanan, mereka pergi berkafilah-kafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda, Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dahulu, kesatuan-kesatuan kafilah dalam bahasa Portugis disebut “ CARAVAN ” yang berada disekitar muara Citarum sampai menjorok agak ke pedalaman sehingga dikenal dengan sebutan “ CARAVAN “ yang kemudian berubah menjadi Karawang. Dari Pakuan Pajajaran ada sebuah jalan yang dapat melalui Cileungsi atau Cibarusah, Warunggede, Tanjungpura, Karawang, Cikao, Purwakarta, Rajagaluh Talaga, Kawali, dan berpusat di kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis dan Bojonggaluh.
Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Subang, Purwakarta dan Karawang sendiri.
Setelah Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 M, pada tahun 1580, berdiri Kerajaan Sumedanglarang, sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun, Putera Ratu Pucuk Umum (Disebut juga Pangeran Istri) dengan Pangeran Santri Keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Kerajaan Islam Sumedanglarang pusat pemerintahannya di Dayeuhluhur dengan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta dan Karawang. Pada tahun 1608 M, Prabu Geusan Ulum wafat digantikan oleh puteranya Ranggagempol Kusumahdinata, putera Prabu Geusam Ulum dari istrinya Harisbaya, keturunan Madura. Pada masa itu di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram dengan Rajanya Sultan Agung (1613-1645), Salah satu cita-cita Sultan Agung pada masa pemerintahannya adalah dapat menguasasi Pulau Jawa dan menguasai Kompeni (Belanda) dari Batavia.
Rangggempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumedanglarang masih mempunyai hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengajui kekuasaan mataram. Maka pada tahun 1620, Ranggagempol Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan Kerajaan Sumdeanglarang dibawah naungan Kerajaan Mataram, Sejak itu Sumedanglarang dikenal dengan sebutan “PRAYANGAN”. Ranggagempol Kusumahdinata, oleh Sultan Agung diangkat menjadi Bupati Wadana untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah disebelah Timur Kali Cipamali, sebelah Barat Kali Cisadane, dsebelah Utara Laut Jawa dan, disebelah Selatan Laut Kidul. Karena Kerajaan Sumedanglarang ada di bawah naungan Kerajaan Mataram, maka dengan sendirinya Karawang pun berada di bawah kekuasaan Mataram.
Pada Tahun 1624 Ranggagempol Kusumahdinata wafat; dimakamkan di Bembem Yogyakarta. Sebagai penggantinya Sultan Agung mengangkat Ranggagede, putra Prabu Geusan Ulun, dari istri Nyimas Gedeng Waru dari Sumedang, Ranggagempol II, putra Ranggagempol Kusumahdinata yang mestinya menerima Tahta Kerajaan. Merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten, untuk meminta bantuan Sultan Banten, agar dapat menaklukan Kerajaan Sumedanglarang. Dengan Imbalan apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan diserahkan kepada Sultan Banten. Sejak itu Banyak tentara Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum, di bawah pimpinan Pangeran Pager Agung, dengan bermarkas di Udug-udug.
Pengiriman bala tentara Banten ke Karawang, dilakukan Sultan Banten, bukan saja untuk memenuhi permintaan Ranggagempol II, tetapi merupakan awal usaha Banten untuk menguasai Karawang sebagai persiapan merebut kembali Pelabuhan Banten, yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda) yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa.
Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke Mataram, pada tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.
Di Banyumas, Aria Surengrono meninggalkan 300 prajurit dengan keluarganya untuk mempersiapkan Logistik dan penghubung ke Ibu kota Mataram. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan dengan melalui jalur utara melewato Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu dan Ciasem. Di Ciasem ditinggalkan lagi 400 prajurit dengan keluarganya, kemudian perjalanan dilanjutkan lagi ke Karawang.
Setibanya di Karawang, dengan sisa 300 prajurit dan keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa tentara Banten yang bermarkas di udug-udug, mempunyai pertahanan yang sangat kuat, karena itu perlu di imbangi dengan kekuatan yang memadai pula.
Langkah awal yang dilakukan Surengrono membentuk 3 (Tiga) Desa yaitu desa Waringinpitu (Telukjambe), Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan) yang kini telah terendam air Waduk Jatiluhur ) dan desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang, pusat kekuatan di desa Waringipitu.
Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakan Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung mempunyai anggapan bahwa tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan.
Pengabdian Aria Wirasaba selanjutnya, lebih banyak diarahkan kepada misi berikutnya yaitu menjadikan Karawang menjadi “lumbung padi” sebagai persiapan rencana Sultan Agung menyerang Batavia, disamping          mencetak prajurit perang.
Di desa Adiarsa, sangat menonjol sekali perjuangan keturunan Aria Wirasaba. Walaupun keturunan Aria Wirasaba oleh Belanda hanya dianggap sebagai patih di bawah kedudukan Bupati dari keturunan Singaperbangsa, tetapi ditinjau dari segi perjuangan melawan Belanda, pantas mendapat penghargaan dan penghormatan.
Karena perlawanannya terhadap Belanda, akhirnya Aria Wirasaba II ditangkap oleh Belanda dan ditembak mati di Batavia, Kuburannya ada di Manggadua, di dekat Makam Pangeran Jayakarta.
Putra Kedua Aria Wirasaba, yang bernama Sacanagara bergelar Aria Wirasaba III, berpendirian sama dengan Aria Wirasaba I dan II, tidk mau tunduk pada Belanda, serta tidak meninggalkan misi sesepuhnya, yaitu memajukan pertanian rakyat, irigasi dan syiar Islam.
Aria Wirasaba III meninggalkan kedudukannya sebagai patih, karena dirasakannya hanya menjadi jalur untuk menekan rakyatnya. Setelah wafat beliau dimakamkan di Kalipicung, termasuk desa Adiarsa sekarang.

KEMATIAN SINGAPERBANGSA
Kematian Singaperbangsa, juga lebih diakibatkan oleh salah tafsir Raden Trunojoyo Bupati Panarukan yang memberontak Pemerintahan Sunan Amangkurat I. Setelah Sultan Agung meninggal dalam usia 55 tahun Sunan Amangkurat I sebagai Putera Mahkota dilantik menjadi Raja di Mataram. Sebagai pengganti almarhum Ayahnya (Sultan Agung) Sunan Amangkurat I tidak seidiologi dengan perjuangan Ayahnya Sunan Amangkurat I sangat otoriter dan kejam terhadap rakyatnya.
Bahkan Istana Mataram dijadikan Mataram tempat untuk mengeksekusi sekitar 300 ulama. Karena dianggap sebagai pembangkang ulama-ulama pemimpin informal itu ditangkapi secara massal, termasuk Eyang dan Ayahnya Trunojoyoyang mati ditangan Sunan Amangkurat I.
Selama memerintah Mataram, Sunan Amangkurat I lebih berpihak kepada Kompeni, hal itu membuat rakyat Mataram marah besar. Tatkala Raden Trunojoyo memberontak bersama tentaranya yang dipimpin Natananggala, spontan mendapat dukungan dari semua pihak. Termasuk dari padepokan padepokan Islam Makasar, yang dipimpin Kraeng Galesung.
Trunojoyo seorang pemuda yang gagah dan berani, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, Pemerintahan Amangkurat I dapat diruntuhkan. Kota Plered, Jawa Tengah sebagai pusat Pemerintahan Mataram dapat dikuasai Trunojoyo. Sedangkan Sunan Amangkurat I melarikan diri menuju Batavia, meminta bantuan Belanda, namun baru sampai di Tegalarum (Tegal) Sunan Amangkurat I Meninggal. Namun sebelum meninggal, ia sempat melantik putranya yakni Amangkurat II.
Amangkurat II sebagai Raja Mataram, perjuangannya juga tidak sejalan denga Sultan Agung (Eyangnya), ia lebih cenderung meneruskan perjuangan ayahnya yakni Sunan Amangkurat I yang bekerjasama dengan Belanda, Ia tetap berusaha meminta bantuan Kompeni, Ia meloloskan diri ke Batavia lewat Laut Utara.
Sementara perjuangan Aria Wirasaba dan keturunannya, tetap konsisten terhadap perjuangan Sultan Agung terdahulu, bahwa Karawang dijadikan lahan Pertanian Padi untuk memenuhi logistik persiapan menyerang Batavia.
Namun Jika Masih ada sebagian generasi sekarang, masih mempertanyakan nasib Aria Wirasaba, sebab kalau mengacu kepada Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, Pelantikan Wedana setingkat Bupati, antara Singaperbangsa dan Aria Wirasaba, dilantik secara bersamaan. Saat itu Singaperbangsa sebagai Bupati di Tanjungpura, sedangkan Aria Wirasaba Bupati Waringipitu. Tapi mengapa kini Aria Wirasaba tidak masuk catatan Administratif Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.
Perhatikan perkataan Hoofd-Regent (Bupati Kepala) dan Tweeden-Regent (Bupati Kedua) memang datang dari Belanda, yang menyatakan bahwa kedudukan Singaperbangsa lebih tinggi dari Aria Wirasaba. Sebaliknya kalau kita perhatikan sumber kekuasaan yang diterima kedua Bupati itu, yaitu Piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, yang ditulis Sultan Agung tanggal 10 bulan Mulud Tahun Alip, sama sekali tidak menyebut yang satu lebih tinggi dari lainnya “ Tapi dalam menyikapi hal ini, kita pun harus lebih arif dan bijaksana, karena setiap peristiwa memiliki situasi dan kondisi yang berbesa-beda itulah Sejarah “ (Sumber Suhud Hidayat Dalam Buku Sejarah Karawang Versi Peruri Halaman 42-51).
Demi menjaga keselamatan, Wilayah Kerajaan Mataram di sebelah Barat, pada tahun 1628 dan 1629 bala tentara kerajaan Mataram diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia Namun serangan ini gagal karena keadaan medan sangat berat berjangkitnya Malaria dan kekurangan persediaan makanan.
Dari kegagalan itu, Sultan Agung menetapkan daerah Karawang sebagai pusat Logistik, yang harus mempunyai pemerintahan sendiri dan langsung berada dibawah pengawasan Mataram, dan harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap dan ahli perang, mampu menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan, guna mendukung pengadaan logistic dalam rencana penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia.
Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa dari Galuh dengan membawa 1000 prajurit dan keluarganya menuju Karawang tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia, sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang telah dianggap gagal.
Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya dilaporkan kepada Sultan Agung atas keberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi jabatan Wedana (setingkat Bupati ) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III, serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama “KAROSINJANG”.Setelah penganugerahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram, Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke Karawang, namun sebelumnya beliau singgah dulu ke Galuh, untuk menjenguk keluarganya. Atas takdir Ilahi beliau wafat di Galuh, jabatan Bupati di Karawang, dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada tahun 1633-1677, Tugas pokok yang diemban Raden Adipati Singaperbangsa, mengusir VOC (Belanda) dengan mendapat tambahan parjurit 2000 dan keluarganya, serta membangun pesawahan untuk mendukung Logistik kebutuhan perang.
Hal itu tersirat dalam piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Gede yang bunyi lengkapnya adalah sebagai berikut : “ Panget Ingkang piagem kanjeng ing Ki Rangga gede ing Sumedang kagadehaken ing Si astrawardana. Mulane sun gadehi piagem, Sun Kongkon anggraksa kagengan dalem siti nagara agung, kilen wates Cipamingkis, wetan wates Cilamaya, serta kon anunggoni lumbung isine pun pari limang takes punjul tiga welas jait. Wodening pari sinambut dening Ki Singaperbangsa, basakalatan anggrawahani piagem, lagi lampahipun kiayi yudhabangsa kaping kalih Ki Wangsa Taruna, ingkang potusan kanjeng dalem ambakta tata titi yang kalih ewu; dipunwadanahaken ing manira, Sasangpun katampi dipunprenaharen ing Waringipitu ian ing Tanjungpura, Anggraksa siti gung bongas kilen, Kala nulis piagem ing dina rebo tanggal ping sapuluh sasi mulud tahun alif. Kang anulis piagemmanira anggaprana titi “.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia :
“Peringatan piagam raja kepada Ki Ranggagede di Sumedang diserahkan kepada Si Astrawardana. Sebabnya maka saya serahi piagam ialah karena saya berikan tugas menjaga tanah negara agung milik raja. Di sebelah Barat berbatas Cipamingkis, disebelah Timur berbatas Cilamaya, serta saya tugaskan menunggu lumbung berisi padi lima takes lebih tiga belas jahit. Adapun padi tersebut diterima oleh Ki Singaperbangsa. Basakalatan yang menyaksikan piagam dan lagi Kyai Yudhabangsa bersama Ki Wangsataruna yang diutus oleh raja untuk pergi dengan membawa 2000 keluarga. Pimpinannya adalah Kiayi Singaperbangsa serta Ki Wirasaba. Sesudah piagam diterima kemudian mereka ditempatkan di Waringinpitu dan di Tanjungpura. Tugasnya adalah menjaga tanah negara agung di sebelah Barat.
Piagan ini ditulis pada hari Rabu tanggal 10 bulan mulud tahun alif. Yang menulis piagam ini ialah anggaprana, selesai.
Tanggal yang tercantum dalam piagam pelat kuningan kandang sapi gede ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Karawang berdasarkan hasil penelitian panitia sejarah yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang nomor : 170/PEM/H/SK/1968 tanggal 1 Juni 1968 yang telah mengadakan penelitian dari pengkajian terhadap tulisan :
  1. Dr. Brandes dalam “ Tyds Taal-land En Volkenkunde “ XXVIII Halaman 352,355, menetapkan tahun 1633;
  2. Dr. R Asikin Wijayakusumah dalam ‘ Tyds Taal-land En Volkenkunde “ XXVIII 1937 AFL, 2 halaman 188-200 (Tyds Batavissc Genot Schap DL.77, 1037 halaman 178-205) menetapkan tahun 1633;
  3. Batu nisan makam panembahan Kiyai Singaperbangsa di Manggungjaya Kecamatan Cilamaya tertulis huruf latin 1633-1677;
  4. Babad Karawang yang ditulis oleh Mas Sutakarya menulis tahun 1633.
Hasil Penelitian dan pengkajian panitia tersebut menetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Karawang pada tanggal 10 rabi’ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M atau Rabu tanggak 10 Mulud 1555 tahun jawa/saka.

SILSILAH KEPALA DAERAH KABUPATEN KARAWANG.

1.      RADEN ADIPATI SINGAPERBANGSA (1633-1677)
Raden Adipati Singaperbangsa putra Wiraperbangsa dari Galuh (Wilayah Kerjaaan Sumedanglarang) Bergelar Adipati Kertabumi IV. Pada masa pemerintahan Raden Adipati Singaperbangsa, pusat pemerintahan Kabupaten Karawang berada di Bunut Kertayasa. Sekarang termasuk wilayah Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat. Dalam melaksanakan tugasnya Raden Adipati Singaperbangsa didampingi oleh Aria Wirasaba, yang pada saat itu oleh kompeni disebut sebagai “ HET TWEEDE REGENT “, sedangkan Raden Adipati Singaperbangsa sebagai “HOOFD REGENT”.Raden Adipati Singaperbangsa, wafat pada tahun 1677, dimakamkan di Manggung Ciparage, Desa Manggung Jaya Kecamatan Cilamaya Kulon. Raden Adipati Singaperbangsa, dikenal pula dengan sebuatn Kiai Panembahan Singaperbangsa, atau Dalem Kalidaon atau disebut juga Eyang AMnggung.
 2.      RADEN ANOM WIRASUTA (1677-1721)
Raden Anom Wirasuta Putra raden Adipati Singaperbangsa bergelar Adipati Panatayudha I.Beliau dilantik menjadi Bupati di Citaman Pangkalan. Beliau setelah wafat, dimakamkam di Bojongmanggu Pangkalan, Karena beliau dikenal pula dengan sebutan Panembahan Manggu.
 3.     RADEN JAYANEGARA (1721-1731)
Raden Jayanegara adalah putra Anom Wirasuta, bergelar Adipati Panatayudha II. Setela wafat beliau dimakamkan di Waru Tengah Pangkalan. Karena itu beliau dikenal juga sebagai Panembahan Waru Tengah
4.      RADEN SINGANAGARA (1731-1752)
Raden Singanagara, putra Jayanegara, bergelar Raden Aria Panatyudha III. Raden Singanagara dikenal juga dengan nama Raden Martanegara. Setalh wafat dimakamkan di Waru Hilir, Pangkalan. Karena itu beliau dikenal dengan Panembahan Waru Hilir. Pada tanggal 28 November 1994, makam Raden Anom Wirasuta (Bupati Karawang ke-2), makam Raden Jayanegara (Bupati Karawang ke-3) dan Raden Singanagara (Bupati Karawang ke-4) dipindahkan ke Areal dekat makam Raden Adipati Singaperbangsa di Manggung Ciparage, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon.
5.      RADEN MUHAMMAD SALEH (1752-1786)
Raden Muhammad Saleh, putra Raden Singanagara, bergelar Raden adipati Panatayudha IV. Raden Muhammad Saleh dikenal pula dengan nama Raden Muhammad Zaenal Abidin atau Dalem Balon. Setelah wafat beliau dimakamkan di Serambi Mesjid Agung Karawang. Karena itu Raden Muhammad Saleh dikenal juga dengan sebutan Dalem Serambi. Pada tanggal 5 Januari 1994 Makam Raden Muhammad Saleh dipindahkan juga kea real Manggung dekat dengan makam Raden Adipati Singaperbangsa, di Manggung Ciparage, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon
6.       RADEN SINGASARI (1786-1809)
Raden Singasari, putra mantu Raden Muhammad Saleh, bergelar Raden adipati Aria Singasari atau Pantayudha IV. Pada tahun 1809 Raden Aria Singasari dialihtugaskan menjabat Bupati Brebes Jawa Tengah. Raden Adipati Aria Singasari wafat pada tahun 1836 dan dimakamkan di Duro Kebon agung Jati Barang, Brebes Jawa Tengah. Karena beliau dikenal juga dengan sebutan Dalem Duro.
7.       RADEN ARIA SASTRADIPURA (1809-1811)
Raden Aria Sastradipura, putra Raden Muhammad Saleh, beliau ditugaskan sebagai Cutak (Demang) setingkat Patih dengan tugas pekerjaan Bupati.
8.       RADEN ADIPATI SURYALAGA (1811-1813).
Raden Adipati Suryalaga, pada waktu kecil bernama Raden Ema, beliau putra Sulung Raden Adipati Suryalaga, Bupati Sumedang (1765-1783) Raden Suryalaga, adalah saudara misan dan menantu Pangeran Kornel, yaitu Suami dan Putri Pangeran Kornel yang bernama Nyi Raden Ageng, Raden Adipati Suryalaga wafat di Talun Sumedang. Karena itu beliau dikenal pula dengan sebutan Dalem Talun.
9.       RADEN ARIA SASTRADIPURA (1831-1820)
Raden Aria Sastradipura, putra Muhammad Saleh ( Bupati Karawang ke-5). Beliau untuk kedua kalinya ditugaskan sebagai Cutak di Karawang, setelah yang pertama pada Periode tahun 1809-1811. Pada tahun 1813 Kabupaten Karawang dihapuskan, tetapi pada tahun 1821 dibentuk kembali dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Wanayasa, Purwakarta.

PARA BUPATI KARAWANG YANG BERKEDUDUKAN DI PURWAKARTA.
10.     RADEN ADIPATI SURYANATA (1821-1828)
Raden Adipati Suryanata, putra RAden Adipati Wiranata Dalem Sepuh Bogor Keturunan Cikundul. Raden Adipati Suryanata Menikah dengan Nyi Salamah, putrid Aria Sastradipura, (Bupati Karawang ke-9). Pada masa Pemerintahan Raden Adipati Suryanata, kantor dipindahkan dari Karawang ke Wanayasa (Purwakarta). Raden Adipati Suryanata wafat pada tahun 182 dimakamkan di Nusa Situ Wanayasa, Purwakarta.
11.     R. ADIPATI SURYAWINATA (1828-1849)
Raden Suryawinata alias Raden Haji Muhammad Sirod, putra Raden Adipati Wiranata Dalem Sepuh Bogor, (adik Raden Adipati Suryanata Bupati Karawang yang memerintah tahun 1821-1828). Pada awal masa pemerintahan beliau, pusat pemerintahan masih di Wanayasa, selama 2 tahun, dan pada tahun 1830, pusat Pemerintahan dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih serta menamakan daerah tersebut Purwakarta. Purwa artinya permulaan dan Karta, sama dengan Ramai atau hidup, dengan demikian nama Purwakarta baru dikenal pada masa pemerintahan Raden Adipati Suryawinata. Pada tahun 1849 Raden Adipati Suryawinata dialihtugaskan menjadi Bupati Bogor hingga wafat tahun 1872. Raden Adipati Suryawinata Dikenal pula dengan sebutan Dalem Solawat atau Dalem Santri.
12.     RADEN MUHAMMAD ENOH (1849-1854)
Raden Muhammad Enoh, putar Dalem Aria Wiratanudatar VI, bergelar Raden Sastranagara. Taden Muhammad Enoh, wafat pada tahun 1854 dan dimakamkan di Masjid agung Purwakarta.
13.     RADEN ADIPATI SUMADIPURA (1854-1863).
Raden Adipati Sumadipura, putra Raden Adipati Sastradipura (Bupati Karawang Ke-8) yang dilahirkan pada tahun 1814 dengan sebutan lainnya Uyang Ajian, atau Dalem Sepuh. Raden Adipati Sumadipura, bergelar Raden Tumenggung Aria Sastradiningrat I. Beliau yang membangun Pendopo Kabupaten, Mesjid Agung dan Situ Buleud di Purwakarta. Raden Adipati Sumadipura, wafat pada tahun 1863 di Purwakarta dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
14.     RADEN ADIKUSUMNAH (1863-1886)
Raden Adikusumah alias Apun Hasan, putra Uyang Ajian yang bergelar Raden Adipati Sastradiningrat II. Beliau dilahirkan pada tahun 1837, wafat pada tahun 1886 dan, dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
15.     RADEN SURYAKUSUMAH ( 1886-1911)
Raden Suryakusumah alias Apun Harun, putra Raden Adikusumah, bergelar Raden Sastradiningrat III, Raden Suryakusunah, wafat pada tahun 1935 dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
16.     RADEN TUMENGGUNG ARIA GANDANAGARA (1911-1925)
Raden Tumenggung Aria Gandanagara, Adik Raden Suryakusumah, bergelar Raden Adipati Sastradiningrat IV, Beliau juga dikenal dengan sebutan Dalem Aria. Raden Tumenggung Aria Gandanagara wafat pada tahun 1940 dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
17.     RADEN ADIPATI SURYAMIHARJA (1925-1942)
Raden Suryamiharja, putra Raden Rangga Haji Muhammad Syafe’I asal Garut, bergelar Raden Adipati Songsong Kuning, Raden Adipati Aria Suryamiharja, merupakan Bupati Karawang terakhir masa pendudukan Jepang.
18.     RADEN PANDUWINATA (1942-1945)
Raden Panduwinata dikenal pula dengan sebutan Raden Kanjeng Pandu Suryadiningrat. Merupakan Bupati pada masa pendudukan Jepang.

PARA BUPATI KARAWANG YANG BERKEDUDUKAN DI SUBANG
  19.     Raden Juarsa (1945-1948)
Berhubung sedang bergejolaknya Revolusi, maka pada masa Pemerintahan Raden Juarsa, Pusat Pemerintahan Kabupaten Karawang dipindahkan dari Purwakarta ke Subang.
20      RADEN ATENG SURAPRAJA DAN, R. MARTA (1948-1949)
Pada tahun 1948-1949 di Kabupaten Karawang ditunjuk dua orang Bupati oleh dua Pemerintahan yang berbeda, yaitu,
  1. Radeng Ateng Surya Praja, adalah Bupati Karawang yang ditunjuk oleh Negara Pasundan (Bentuk Recomban).
  2. R. Marta adalah Bupati Karawang jaman Gerilya yang ditunjuk oleh Pimpinan Badan Pemerintahan Sipil Jawa Barat Bulan Oktober 1948.
PARA BUPATI KARAWANG YANG BERKEDUDUKAN KEMBALI DI KARAWANG
  21.     R.M. HASAN SURYA SACA KUSUMAH (1949-1950)
R.M. Surya Saca Kusumah, Bupati Karawang yang diangkat oleh Republik Indonesia, Serikat (RIS) Sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang pembentukan daerah Kabupaten di lingkungan Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Maka pada saat itu Kabupaten Karawang terpisah dari Kabupaten Purwakarta, Ibukota Kabupaten Karawang adalah di Karawang. Sedang Ibukota Purwakarta tetap di Kabupaten Subang. Dalam Sumber lain dikatakan bahwa menurut Keputusan Wali Negeri Pasundan nomor 12 tanggal 29 Januari 1949. Kabupaten Karawang dibagi   menjadi dua Bagian yaitu Kabupaten Karawang Barat dan Kabupaten Karawang Timur (Kabupaten Purwakarta) di Subang, Kabupaten Karawang Barat meliputi daerah kewedanan Karawang, Rengasengklok, Cikampek, Cikarang, Tambun, dan Sarengseng. Sedangkan Kabupaten Karawang Timur (Purwakarta) meliputi daerah kewedanan Subang, Ciasem, Pamanukan, Sagalaherang dan Kewedanan Purwakarta.
22.     RADEN RUBAYA (1950-1951)
Raden Rubaya putra Raden Suryanatamiharja, asal Sumedang, yang menjabat Wedana Leles, di Garut. Raden Rubaya memegang jabatan Bupati Karawang pada tahun 1950-1951.
23.     MOH. TOHIR MANGKUDIJOYO (1951-1960)
Moh Tohir Mangkudijoyo Putra Jaka, Asal Karanganyar - Jawa Tengah, pada masa Pemerintahannya, Beliau didampingi oleh Kepala Daerah Moh.Ali Muchtar, putra Cakrawiguna (Komis Pos Plered) asal Jatisari. Pada Tahun 1950 sampai 1959 Kabupaten mengalami tiga macam pergantian pemerintahan daerah.
PERTAMA; Pemerintahan Daerah Sementara, yang berlangsung pada tanggal 30 Desember 1950 sampai dengan tanggal 22 September, 1956 yang terdiri atas.
  1. Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) sebagai unsur Legislatif diketuai oleh M. Sukarmawijaya.
  2. Dewan Pemerintahan Daerah Sementara (DPRS) sebagai Eksekutif. Diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo, dengan Wakil Ketua Suhud Hidayat.
KEDUA; Pemerintah Daerah Peralihan yang berlangsung tanggal 22 September 1956 – 23 Januari 1958, terdiri dari :
  1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan (DPRDP), sebagai unsure Legislatif, diketuai oleh A.Samosir Gultom.
  2. Dewan Pemerintahan Rakyat Daerah Peralihan (DPDP).sebagai unsure Eksekutif diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo.
KETIGA; Pemerintahan Daerah HAsil Pemilihan Umum tahun 1955 yang berlangsung dari tanggal 25 Januari 1958 sampai dengan 20 Oktober 1959, terdiri dari:
  1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRDP) sebagai unsure Legislatif diketuai oleh Samosir Gultom.
  2. Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) sebagai unsure Eksekutif diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo.
24.     LETKOL INF.H.HUSNI HAMID (1960-1971)
Letnan Kolonel INF. H. Husni Hamid, putra ketiga haji Abdul Hamid asal Cilegon Banten. Sebelum menjabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang Jabatan Beliau adalah Dandim 0604 Karawang.Berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1960, Jabatan Bupati merangkap sebagai Kepala Daerah dan Ketua DPRD-GR, namun peraturan tersebut dirubah lagi oleh undang-undang Nomor 19 tahun 1963, yang menyatakan bahwa Jabatan Bupati tidak lagi merangkap sebagai ketua DPRD-GR, pada periode tahun 1964-1968, Bupati Karawang Letnan Kolonel INF H.Husni Hamid, didampingi Ketua DPRD-GR Kosim Suchuri, putra Haji Ahmad Sa’id. Letnan Kolonel INF.Husni Hamid, wafat tahun 1980 dan dimakamkan di Cikutra Bandung, Pada masa ini telah di mulai di laksanakan Pembangunan Kota Karawang sebelah Utara.
25.      KOLONEL INF.SETIA SYAMSI (1971-1976)
Kolonel INF, Setia Syamsi, putra E. Suparman asal Bandung, dilahirkan pada tanggal 3 April 1926, Jabatan Beliau sebelum menjadi Bupati Karawang, adalah Dan Dim 0604 Karawang (1964-1969) Kepala Staf. Brig.12 / Guntur Dam, VI/Siliwangi di Cianjur (1969-1971).
26.     KOLONEL INF. TATA SUWANTA HADISAPUTRA (1976-1981)
Kolonel INF.Tata Suwanta Hadisaputra, putra Taslim Kartajumena, asal Cirebon, dilahirkan di Bandung pada tanggal 23 April 1924, Jabatan Beliau sebelum menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang, adalah Dan Dim Garut, kemudian dialihtugaskan ke Korem Tarumanegara di Garut, Anggota DPRD TK I Jawa Barat, di Bandung. Kolonel INF. Tata Suwanta Hadisaputra sewaktu menjabat Bupati Kepala Daerah Tk.II Karawang didampingi oleh Ketua DPRD Letnan Kolonel INF R.H Jaja Abdullah sampai dengan tanggal 7 Juli 1977, Ketua DPRD selanjutnya yang mendampingi Beliau mulai tanggal 26 Agustus 1977, adalah Letnan Kolonel INF, Sujana Priyatna.
27.      KOLONEL CPL. H. OPON SOPANDJI (1981-1986)
Kolonel CPL. H. Opon Sopandji, putra Atmamiharja asal Sukapura Tasikmalaya. Sebelum menjabat Bupati Kepala Daerah Tk.II Karawang Beliau adalah sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor, semasa menjabat Bupati Daerah Tk.II Karawang, Kolonel CPL. H. Opon Sopandji didampingi oleh Ketua DPRD Letnan Kolonel Inf. H. Sujana Priyatna.
28.     KOLONEL CZI. H. SUMARNO SURADI
Kolonel CZI. H. Sumarno Suradi, putra Suradi asal Bandung. Sebelum menjabat Bupati Daerah Tingkat II Karawang. Beliau menjabat sebagai Kepala Markas Pertahanan Wilayah Sipil (Kamawil) VIII Daerah Tingkat Provinsi Jawa Barat. Selama menjabat Bupati Daerah Tingkat II Karawang, Kolonel CZI. H. Sumarno Suradi, didampingi oleh Keua DPRD Kolonel Inf.H Sujana Priyatna, sampai dengan tanggal 16 Juli 1992, Ketua DPRD yang mendampingi beliau selanjutnya adalah Kolonel INF. H. Jamal Safiudin, yamg dilahirkan di Bandung pada tanggal 16 Juli 1938.
29.     KOLONEL INF. DRS DADANG S. MUCHTAR
Kolonel INF, Drs H. Dadang S. Muchtar, putra RE. Herman, asal Cirebon dilahirkan di Klangenan Cirebon pada tanggal 4 September 1952. Sebelum menjabat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang. Beliau menjabat Asisten Logistik (Aslog) Kodam III Siliwangi (1996) dalam mengemban tugasnya beliau didampingi oleh Ketua DPRD Kolonel INF. H. Jamal Safiudin sampai dengan tanggal 3 Agustus 1999, kemudian yang mendampingi beliau adalah Adjar Sujud Purwanto, putra A.S.Wagianto seorang pejuang 45 dari Cikampek . Namun pada tanggal 21 Pebruari 2000, Kolonel INF, Drs. H. Dadang S. Muchtar resmi berhenti dan kembali ke Mabes TNI.
30.     PLT. RH. DAUD PRIATNA SH.M.SI (2000)
R.H. Daud Priatna SH, M.Si. putra R. Khoesoe Abdoelkohar, asal Pedes Karawang, lahir pada tanggal 29 Juli 1941. Berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 131.32.055 tanggal 21 Pebruari 2000. Ditunjuk disamping Tugas dan Jabatan Wakil Bupati, merangkap sebagai Sekwilda Tingkat II Subang dan dalam mengemban tugasnya didampingi oleh Ketua DPRD Adjar Sujud Purwanto.
31.     LETKOL (PURN) ACHMAD DADANG, PERIODE (2000-2005)
Letnan Kolonel (Purn) Achmad Dadang, putra Tjasban, beliau putra daerah Karawang, Lahir pada tanggal 8 Agustus 1948, di Desa Cikalong Cilamaya, dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 16 Desember 2000, oleh Gubernur R.Nuriana berdasarkan SK Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor; 312.32.583 bersama Drs. H.D. Shalahudin Muftie, putra H. Jamil Bin Yusup, lahir di Karawang pada tanggal 3 Nopember 1945, sebagai Wakil Bupati Karawang. Sebelum menjabat Bupati Karawang beliau menjabat sebagai Dandim Aceh Timur Langsa dan Ketua DPRD Tingkat II Aceh Timur Langsa. Dalam mengemban tugasnya didampingi oleh Ketua DPRD Kabupaten Karawang Adjar Sujud Purwanto, dilanjutkan oleh Slamet Djayusman, yang selanjutnya oleh H. Endi Warhendi
32.     PLT. DRS. H.D. SHALAHUDIN MUFTIE MSi, PERIODE NOPEMBER – DESEMBER 2005
Drs. HD. Shalahudin Muftie, putra H. Jamil Bin Yusup, lahir di Karawang pada tanggal 3 Nopember 1945. Berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32.1017 tahun 2005 melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Plt. Bupati Karawang sampai dengan tanggal 15 Desember 2005.
33.     Drs. DADANG S. MUCHTAR PERIODE 2005-2010
Drs. H. Dadang S. Muchtar, putera RE. Herman asal Cirebon, dilahirkan pada tanggal 4 September 1952 di Klangenan Cirebon. Kembali memimpin Kabupaten Karawang hasil pilihan rakyat langsung pada Pilkada tahun 2005. Dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 16 Desember 2005 oleh Gubernur Jawa Barat Drs. Danny Setiawan berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32.1035 tahun 2005, bersama Hj. Eli Amalia Priyatna,puteri Kolonel (Purn) Sudjana Priyatna lagir di Garur pada tanggal 8 Nopember 1950. sebagai Wakil Bupati Karawang berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32.1036 tahun 2005. Dalam mengemban tugasnya didampingi oleh H. Endi Warhendi sebagai Ketua DPRD Kabupaten Karawang periode tahun 2004-2009, dilanjutkan oleh Karda Wiranata, SH. sebagai Ketua DPRD periode 2009-2014.
34.     PLT. Ir. H. IMAN SUMANTRI, PERIODE DESEMBER 2010
Ir. H. Iman Sumantri, putera Mayor (Purn) Ishak Iskandar, lahir di Cimahi Bandung pada tanggal 15 Nopember 1956, dan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 131/Kep.1714-Pem-Um/2010, tanggal 15 Desember 2010 melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Pelaksana Tugas Bupati Karawang dari tanggal 17 Desember sampai dengan 27 Desember 2010.
35.     Drs. H. ADE SWARA, MH, PERIODE 2010-2015
Drs. H. Ade Swara, MH, putera H. Edi Suhendi, dilahirkan di Ciamis pada tanggal 15 Juni 1960. Merupakan Bupati terpilih hasil Pemilukada Kab. Karawang Tahun 2010. Dilantik Sebagai Bupati Karawang pada tanggal 27 Desember 2010 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32-1067 tahun 2010 bersama dr. Cellica Nurachadiana, puteri H. Deden Fuad N. lahir di Bandung pada tanggal 18 Juli 1980, sebagai Wakil Bupati Karawang berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32-1068 tahun 2010. Dalam mengemban tugasnya didampingi oleh Ketua DPRD Kabupaten Karawang Karda Wiranata, SH dilanjutkan oleh Tono Bahtiar, SP.

Bahas Konflik Suriah, Narasumber Televisi Baku Pukul

http://www.metrotvnews.com/metronews/video/2013/02/12/7/170930/Bahas-Konflik-Suriah-Narasumber-Televisi-Baku-Pukul

Dua narasumber berselisih pendapat seputar media yang terlibat dalam membantu konflik Suriah.

Asaad Bashar menolak mendukung rezim pemerintahan Suriah yang sekarang dan menganggap siaran televisi milik narasumber lainnya sangat pro-Suriah.

Salem Zahrani justru membela bahwa televisinya sangat murni dari campur tangan asing dan membela warga Suriah.

Menurutnya, media umumnya sudah dibayar Israel dan kepentingan asing. Perdebatan semakin panas dan kedua narasumber justru cekcok. Pembawa acara pun terus berusaha untuk melerai keduanya.

Acara talkshow baru bisa dilanjutkan pada segmen berikutnya dan kedua narasumber meminta maaf kepada publik atas perilaku mereka

trik twitter

COBALAH mengetik kalimat “Get well” di kolom status update Twitter, lalu perhatikan apa yang terjadi.
Berapa kali pun Anda memasukkan kalimat ini di status Anda, kalimat ini segera lenyap dan tidak akan muncul di daftar tweet yang telah Anda posting.
Begitu pun jika Anda me-refresh halaman Twitter, tweet ini masih juga tidak akan muncul.
Apa penyebabnya?
 “Get” merupakan kode yang digunakan dalam sistem data programming Twitter untuk memasukkan perintah tanpa harus menekan mouse.
Kode ini hampir sama seperti fitur “shell commands” di era komputer DOS, dimana para programmer dapat mengetik perintah seperti copy atau delete.
Mengutip Daily Mail, Kamis (24/5), kode “Get” ini memiliki banyak fungsi.
Jika Anda mengetik Get dilanjutkan dengan nama akun Twitter, Anda akan mendapatkan tweet terakhir dari akun tersebut.
Selain “Get”, Anda juga dapat mencoba kode menu lainnya, seperti “set language” dan “set bio”.
Begitu juga dengan “Help” untuk menampilkan menu bantuan, atau “suggest” untuk memunculkan akun-akun yang direkomendasikan untuk difollow.
Mengapa Twitter membuat kode pemograman seperti ini?
BuzzFeed mencatat, kode-kode ini ditujukan bagi pengguna Twitter yang mengirim tweet lewat SMS. Kode pemograman ini membuat pengguna versi SMS menjadi lebih mudah untuk mengakses Twitter.
Namun kode “Get” ini tidak berfungsi jika digabungkan dengan kata-kata lain yang tidak sesuai dengan menu programming, misalnya “Get well soon”, “Get a life”, atau “Get out of here”.
COBALAH mengetik kalimat “Get well” di kolom status update Twitter, lalu perhatikan apa yang terjadi.
Berapa kali pun Anda memasukkan kalimat ini di status Anda, kalimat ini segera lenyap dan tidak akan muncul di daftar tweet yang telah Anda posting.
Begitu pun jika Anda me-refresh halaman Twitter, tweet ini masih juga tidak akan muncul.
Apa penyebabnya?
 “Get” merupakan kode yang digunakan dalam sistem data programming Twitter untuk memasukkan perintah tanpa harus menekan mouse.
Kode ini hampir sama seperti fitur “shell commands” di era komputer DOS, dimana para programmer dapat mengetik perintah seperti copy atau delete.
Mengutip Daily Mail, Kamis (24/5), kode “Get” ini memiliki banyak fungsi.
Jika Anda mengetik Get dilanjutkan dengan nama akun Twitter, Anda akan mendapatkan tweet terakhir dari akun tersebut.
Selain “Get”, Anda juga dapat mencoba kode menu lainnya, seperti “set language” dan “set bio”.
Begitu juga dengan “Help” untuk menampilkan menu bantuan, atau “suggest” untuk memunculkan akun-akun yang direkomendasikan untuk difollow.
Mengapa Twitter membuat kode pemograman seperti ini?
BuzzFeed mencatat, kode-kode ini ditujukan bagi pengguna Twitter yang mengirim tweet lewat SMS. Kode pemograman ini membuat pengguna versi SMS menjadi lebih mudah untuk mengakses Twitter.
Namun kode “Get” ini tidak berfungsi jika digabungkan dengan kata-kata lain yang tidak sesuai dengan menu programming, misalnya “Get well soon”, “Get a life”, atau “Get out of here”.
Jika kalian merupakan pengguna Twitter, cobalah untuk menulis tweet "Get Well" dan coba amati apa yang terjadi. Tweet Anda akan tidak tampil, berapa kali pun Anda mencoba update tweet "Get Well", tweet tersebut bakal hilang dan tidak akan muncul. Hal ini dikarenakan tweet tersebut mengandung perintah, "Get" merupakan kode yang digunakan dalam Twitter untuk melakukan proses perintah tanpa harus menekan mouse. Dilansir dari Dailymail, Kamis (24/5) "Get" memiliki banyak fungsi. Seperti Get yang dilanjutkan dengan nama akun Twitter seperti "Get infospesial" Anda akan mendapatkan tweet terakhir dari akun infospesial / akun yang Anda masukkan tersebut. "Help" digunakan untuk menampilkan menu bantuan, atau "suggest" untuk memunculkan akun-akun yang direkomendasikan untuk difollow. Kalian juga bisa menggunakannya dengan kode lain seperti “set language” dan “set bio”. Dilansir dari BuzzFeed, kode perintah ini digunakan oleh pengguna Twitter yang mengirim tweet lewat SMS, sehingga lebih mudah. Namun perintah "Get" hanya bisa di gunakan jika kode tersebut sesuai dengan perintah yang ada. Jika kalian mencoba menulis perintah yang berbeda atau menambahnya, maka hal ini tidak akan berpengaruh seperti “Get well soon”.

Read more http://www.infospesial.net/9000/get-kode-rahasia-twitter/

Kisah Ali Bin Abu Thalib Ra Menghukum Pencetus Syiah

Dalam setiap dakwah dan argumentasinya, Syiah selalu menisbatkan diri sebagai pecinta Ali dan keturunannya. Pujian berlebihan dialamatkan kepada Khalifah keempat ini. Padahal, Sayyidina Ali mencerca orang yang mengkultuskan dirinya secara berlebihan. Bahkan pernah menghukum kelompok tersebut.
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dalam akidah Syiah adalah Imam tertinggi, yang diyakini mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki manusia lain. Ulama’ Syiah kontemporer, Ibrahim al-Amili, menulis sebuah sya’ir yang menisbatkan Ali r.a dengan sifat-sifat ketuhanan: “Wahai ayah Husein, kau adalah esensi Tuhan dan lambang kekuasaan-Nya yang luhur. Engkau lah yang meliputi segala sesuatu dengan ilmu ghaib. Tidak ada perkara samar dari pengetahuanmu” (Min ‘Aqa’id al-Syiah I/8).
Syiah menilai, beliau bukan sekedar menduduki jabatan politis sebagai Khalifah/Imam pengganti Nabi sallahu ‘alai wa sallam, namun jabatan Imamahnya kata Khomeini menyamai jabatan kenabian (nubuwwah). Maka, siapa saja yang inkar terhadap keimamahannya maka, kaum Syiah menilai sama dengan ingkar dalam mengimani Nabi Saw.
Hampir-hampir antara imamah dan nubuwwah hanya sekedar perbedaan istilah. Dalam konteks kesakralan, Syiah hampir menyamakan keduanya.
Salah satu kitab standar Syiah, Bihar al-Anwar, al-Majlisi pernah berfatwa: “Keyakinan kami (Syiah) terhadap orang yang mengingkari keimaman Ali bin Abi Thalib dan para imam setelah beliau, adalah sama halnya mengingkari kenabian para Nabi”.
Tetapi, akidah ghuluw (ekstrim) tersebut tidak pernah diajarkan oleh Imam Ali r.a. Justru sebaliknya Ali mengecam keras orang-orang yang mengkultuskan di luar batas kewajaran itu.
Ali menganjurkan untuk mencintai Ahlul Bait. Tapi cinta yang dikehendaki beliau adalah cinta yang proporsional, tidak ekstrim. Ali memang memiliki keistimewaan. Tapi harusnya penghormatan pada beliau tidak sampai melampaui kenabian apalagi ketuhanan. Beliau sahabat istimewa, namun Ali tetap manusia biasa.
Sayyidina Ali dalam suatu khutbahnya pernah memperingatkan akan datangnya golongan yang menisbatkan kepadanya, namun inkar terhadap ajaran-ajarannya. Beliau berpesan: “… Ketahuilah, umat ini akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Golongan yang paling buruk adalah golongan yang menisbatkan diri kepadaku, namun tidak mengikuti amal perbuatanku” (Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung,602).
Siapakah sekelompok yang disebut Sayyidina Ali sebagai golongan paling buruk umat ini? Setelah wafatnya Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam, timbul gerakan saba’iyyah yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ — seorang mantan Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam pada era kekhalifahan Ustman. Gerakan Saba’iyyah ini menyebarkan propaganda hitam, bahwa jabatan khalifah itu harus diduduki Ali dan keturunannya. Adapun sahabat lain disebut perampas yang dzalim.
Sa’ad al-Qummi, ulama’ Syiah abad ke-3, dalam al-Maqalat al-Firaq mencatat sepak terjang Sabaiyyah. Dalam keterangannya, kelompok bentukan Abdullah bin Saba’  ini adalah kelompok pertama kali yang menerapkan sikap mendukung atau mencintai secara berlebihan terhadap Ali r.a.
Kelompok Sabaiyyah pasca wafatnya Rasulullah Saw bergerak secara rapi, pandai membuat propaganda, menebarkan adu domba hingga mengakibatkan terjadi beberapa kali perang saudara antar sahabat. Ia berupaya menyebarkan fitnah dan doktrin-doktrin palsu ke beberapa negeri; seperti Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam.
Di negeri-negeri itu, ia berkampanye seolah-olah memperjuangkan hak Ahlul Bait. Ia pernah mengatakan:”Ada seribu orang Nabi, masing-masing mempunyai seorang penerima wasiat (washiy). Ali adalah penerima wasiat Muhammad”. “Ustman merebut wasiat itu tanpa hak. Padahal Ali adalah washiy Rasulullah. Karena itu kalian hendaklah bangkit untuk menyelesaikan masalah ini”.
Al-Jurjani mengatakan, Abdullah bin Saba’ inilah orang yang pertama kali menisbatkan Ali dengan sifat-sifat ketuhanan. Al-Jurjani menulis: “Ia orang kafir Rafidlah yang pertama. Ia-lah yang mengatakan ‘Ali adalah tuhan semesta alam’”.
Ketika Ali menjabat khalifah keempat, gerakan bahwah tanah Abdullah bin Saba’ sempat tercium. Suatu kali, Ali mendapat laporan ada sekelompok pendukung Abdullah bin Saba’  di pintu masjid memprogandakan bahwa Ali adalah Tuhan. Mereka kemudian bertemu Ali, seraya berkata: “Engkaulah!”.
Sayyidina Ali bertanya keheranan: “Siapa aku, maksudmu?” Mereka menjawab: “Engkau Sang Pencipta dan Penguasa alam semesta”. Ali berkata: “Celakalah kalian! Apa pula yang kalian katakana itu”.
Ali sontak memarahi mereka. Meminta mereka bertaubat kepada Allah. Ibn Hajar menceritakan bahwa Ali tiga kali meminta mereka untuk bertaubat. Namun kelompok Saba’iyyah enggan menarik kata-kata sesatnya (kisah ini tercatat dalam sejumlah kitab, seperti Fathul Bari dan al-Tanbih ‘ala Ahl al-Ahwa wa al-Bida’).
Akhirnya, karena tidak mau bertaubat, Sayyidina Ali mengukum mereka. Ada yang mengatakan bahwa mereka dibakar hidup-hidup oleh Ali, karena dianggap kaum zindiq. Ibn Hajar menilai bahwa riwayat yang menyebutkan mereka dibakar adalah riwayat hasan (benar). Namun, ada yang mengatakan mereka tidak dibakar tapi di asingkan ke negeri Mada’in.
Di luar perdebatan apakah mereka dibakar atau tidak, yang jelas Sayyidina Ali pernah mengeluarkan fatwa bahwa, barangsiapa yang lebih mengutamakan Ali daripada Abu Bakar dan Umar, maka hukumannya adalah hukuman dera layaknya pendusta (Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlussunnah wal Jamaah.155).
Mereka dihukum oleh Sayyidina Ali tidak saja karena menista, tapi juga karena mereka membuat fitnah keji untuk bertindak adu kekerasan terhadap sahabat-sahabat terdekat Nabi.

Seorang ulama Hindu akui Nabi Muhammad adalah orang terhebat dalam sejarah umat manusia

Jum'at, 27 Rabiul Awwal 1434 H / 8 Februari 2013 09:45
Seorang ulama Hindu akui Nabi Muhammad adalah orang terhebat dalam sejarah umat manusia
(Arrahmah.com) – Rasulullah Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) adalah orang terhebat dalam sejarah umat manusia. Pernyataan demikian tidak mengejutkan bila dikatakan oleh seorang Muslim. Tetapi pernyataan tersebut keluar dari perkataan seorang ulama Hindu di India. Ulama itu juga mengatakan bahwa belajar dan memahami Islam, kehidupan Nabi (shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan ajarannya adalah sumber terbaik.
“Kita sedang berbicara tentang Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) dan kita harus ingat baik-baik dalam ingatan kita bahwa dia adalah individu terhebat dalam sejarah. Jika setiap orang ingin mengetahui tentang Islam, harus menilai Islam dari kehidupan Nabi dan ajarannya,” demikian kata Ulama Hindu terkemuka, Swami Lakhsmi Shankaracharya, seperti dikutip Islamonline.
Ketika memberikan ceramah tentang “Sirah Nabi” yang membahas tentang karakter mulia Nabi Muhammad dalam sebuah konferensi bulan lalu. Swami yang juga merupakan founder Jan Ekta Manch, mengatakan bahwa perdamaian dan perikemanusiaan adalah inti ajaran Islam.
“Ini adalah kewajiban setiap Muslim berdasarkan agama mereka untuk menyelamatkan dan melindungi umat manusia, Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam) selalu memaafkan musuh-musuhnya dan menunjukkan kesabaran ketika ia dicelakai oleh orang lain, ini adalah moral ajarannya yang membuat Islam sebagai agama internasional,” katanya.
Dia juga mengutip sejarah “Fathu Makkah” (Pembebasan Makkah) ketika musuh-musuh Islam diberikan kebebasan sepenuhnya. Terkait Jihad, dia membenarkan bahwa diizinkan untuk berperang bagi mereka yang diperangi berdasarkan ayat Al-Qur’an surat Al-Hajj [22]: 39, dan juga membenarkan bahwa Islam mengajarkan etika berperang yaitu tidak boleh berlebih-lebihan.
Perlu disebutkan bahwa Swami pada awalnya sangat mengkritik keras Islam dan Jihad. Dia pernah menganggap Islam adalah akar dari terorisme global. Pemikirannya ini dibentuk karena ia mempelajari Islam berdasarkan sumber-sumber yang memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Kemudian ia menulis sebuah buku berjudul “The History of Islamic Terrorism.” Namun, Swami terus mempelajari Islam, ia beralih mencari sumber-sumber shahih. Swami membaca Kitab Suci Al-Quran dari lembar ke lembar dan mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad (shalallahu ‘alaihi wa sallam).
Akhirnya, ia sadar bahwa ia salah paham terhadap Islam. Swami mengakui kesalahannya dan memutuskan untuk menulis bantahan terhadap sumber-sumber negatif itu dalam sebuah bukunya yang berjudul “Islam – Aatank ya Aadarsh” yang artinya “Islam – Teror atau Jalan yang Ideal.” Dalam buku tersebut, ia mengklarifikasi bahwa Islam adalah agama yang damai dan bahwa Muslim berjihad untuk mempertahankan diri dan menegakkan perdamaian, bukan aksi terorisme sebagaimana yang dituduhkan.
Konferensi itu digelar oleh Jamaat-e-Islami Hind, Bihar, dan kepala daerah organisasi tersebut, Nayyaruzzaman, menjadi pemimpin konferensi tersebut. Dia menekankan pada pengetahuan yang benar tentang Islam dan bertindak sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Nabi Muhammad. (siraaj/arrahmah.com)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. anak kampung blog - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger