indonesia blog

blog-indonesia.com
Home » » Dr. Tjipto mangunkusumo

Dr. Tjipto mangunkusumo

Siapa dr.tjipto mangunkusumo yang namanya telah melekat dengan rumah sakit di jl.diponegoro jakarta pusat. Ia adalah seorang dokter jawa yang lahir di desa pancangan, jepara, pada tanggal 4-maret-1886. Ayahnya seorang guru di 2 de klase inlandsche scholl di kota ambarawa yang kemudian di pindahkan ke desa pancangan di man kemudian lahir.
Ketika Tjipto mencapai usia sekolah dasar Tjipto ia di sekolahkan di europeesche lager school (sd) .dkota ambarawa, Tjipto merupakan murid yang berbakat setelah lulus ia dikirim ayahnya ke weltevreden (batavia) untuk meneruskan pendidikannya di STOVIA (school tot opleid-ing van inlandsche artsen) yaitu sekolah dokter jawa. Sebelumnya Tjipto pernah mengikuti ujian pangreh praja, mungkin ujian yang ia lakukan hanya untuk mengukur kemampuannya saja . Meskipun lulus dengan menempati peringkat pertama , menjadi pegawai pangreh praja ternyata bukan yang ia inginkan pada masa itu,seorang pangreh praja merupakan seorang yang terpandang namun bukan itu yang di cari Tjipto.
Dari tahun 1899-1905 ia menuntut ilmu untuk menjadi dokter jawa dalam pendidikan ini ia pun membuktikan bahwa ia adalah orang yang pandai dan berprestasi , ia adalah orang yang haus akan pengetahuan , ia rajin membaca, bahkan ia lebih memilih diam di asrama membca buku dari pada pergi ke pesta . Ia senang menghadiri ceramah-ceramah, tidak saja dalam bidang yang ia tekuni , tetapi juga suasana politik pada masa itu.pengetahuan yang dia dalami di STOVIA ternyata memberikan padanya tentang suatu pandangan hidupnya, “mengangkat derajat rakyat yang tertindas”.
Setelah menamatkan pendidikan di STOVIA, ia menjadi seorang dokter jawa . Karena pendidikan di STOVIA di biyayai oleh pemerintah hindia belanda maka ia harus bekerja bagi pe-merintah. Pertama –tama ia di tugaskan untuk bekerja di stads verband, glodok. Namun karena ia tidak dapat bekerja sama dengan kepalanya , yaitu dr. Godefrey ia di pindahkan ke amuntai.di kota ini pun ia tidak tinggal lama karena ia berbeda pendapat dengan asisten residen. Oleh se-bab itu kota berkutnya menanatikan kehadirannya yaitu kota banjarmasin. Di kota ini ia bekerja selamn seahun untuk kemudian di pindahkan ke demak di mana ia bertugas hingga tahun 1980.
Pemindahan –pemindahan yang ia alami adalah pada umumnaya pejabat setempat tidak senang dengan tindakan-tindakan yang sengaja ia lakukan untuk menghina pejabat setem-pat. Hal itu terjadi karena ia tidak senang dengan perlakuan kaum feodal terhadap rakyat jelata dan juga karena perlakuan orang-orang belanda terhadap bangsa indonesia yang merka anggap lebih rendah ke dudukanya dari bangsa belanda.
Ia tinggal di demak hanya sebentar saja , karena ia kemudian pindah ke solo atau sura-karta. Kepindahannya adalah tindakan menari diri dari dinas,pemerintah hindia belanda hal tiu berart ia harus membayar kembali uang beasiswa yang ia peroleh ketika sedang dalam pendid-kan di STOVIA. Untuk mengiktui kemauannya, yaitu membuka praktek di partikelir di surakarta, ia tidak ragu-ragu membayar kembali uang beasiswa tesebut. Karena bekerja sebagai dokter swasta berarti ia bebas dari orang belanda itu, yang biasanya menjadi kepala di mana ia be-kerja .
Keahliannya sebagai dokter memberinya kesempatan yang luas untuk melayani rakyat-nya yang sangat membutuhkan bantuanya. Rasa sosialnya sangat besar terhadap orang kurang mampu yang datang padanya,jarum suntik, ongkos perawatan yang rendah, sering cuma-cuma, memberi kepadanya kepuasan. Tidak jarang ia member bantuan berupa uang bila seorang pasien tidak dapat membayar biyaya perwtan dan obat-obatan yang di perlukan, akibatnya adalah bahwa sering biyaya kehidupan sehari-harinya hanya menglami kekurangan bersama istrinya yang kedua berdarah belanda Marie Vogel, ia berusaha melayani rakyat jelata.
Bahwa ia sangat menycintai rakyatnya terbukti ketka di kota malang da sekitarnya ber-kecamuk penyakit epidemis pes (1910), ketika itu pemerintah hindia belanda kewalahan menga-tasi wabah tersebut . Dokter-dokter berkebangsaan belanda menolak atau enggan turun ke la-pangan karena takut terjangkiti, sedangkan wabah pes terus menimbulkan korban, rakyat jelata di wilayah ini menjadi ketakutan dan mengharapkan uluran tangan untuk membebaskan mereka dari penyakit ini. Para dokter belanda hanya mementingkan diri sendiri tidak dapat di harapkan untuk mengatasi pendritaan rakyat. Oleh karena itu Tjipto menawarkan diri untuk turun langsung ke lapangan di mana berkecamuk wabah pes itu. Utuk itu ia mengirim telegram ke di-nas kesehatan pemerintah di batavia dengan permohonan agar dapat di tempatkan di ma-lang.permohonannya di terima pemerintah, ia lalu di angkat kembali sebagai dokter peme-rintah, dan di kiram ke malang. Tiba di malang ia langsung turun ke lapangan, untuk masuk ke pelosok-pelosok kampung di sekitar malang . Dalam tugasnya ia tidak mengingat akan ke selamatan dirinya sendiri dan tidak menghiraukan bau yang tidak sedap yang menyambutnya ia tidak memakai tutup hidung dan mulut menghadapi orang sakit itu.
Dalam pelayanan pemberantasan penyakit pes, pada suatu ketika ia berada di sebuah gubug yang di bakar untuk memberantas wabah pes, dari gubug yang belum seluruhnya hangus terdengar suara tangis seorang bayi perempuan . Dengan segera ia menyelamatkan bayi itu dan kemudian mengangkatnay sebagai seorang anak. Orang tua bayi tersebut adalah korban wabah pes.
Karena jasanya dalam memerangi wabah pes, di malang ia oleh pemerintah hindia belanda di anugrahi penghargaan bintang orde van orange nassau. Penghargaan ini kemudian di kembalikannya karena ia di tolak untuk di beri tugas memerangi wabah pes yang muncul di solo. Penolakan ini sangat mengecewakanya karena kali ini ia tidak dapat menolong rakyat jelata yang hidup di gubug-gubug bambu di mana bersarang tikus-tikus penyebar wabah itu.
Pengalaman yang ia peroleh ketika ia di malang mendorongnya untuk membuat penilitian tentang penyakit pes, pada tahun 1914 ia memperoleh kesempatan untuk hasil penelitianya di suatu sidang ilmiah di s’graven hage. Isi dari uraian itu adalah mengenai penyakit pes itu sendiri dan cara pemberantasannya. Juga di kemukaka bagaimana nasib pendreitaan yang pertama-tama harus menderita penyakit itu , dan kemudian menghadapai masyarakat sekelilingnya, seorang penderita pes di kucilkan ia tidak boleh masuk kedalam rumah dan oleh sebab itu ia pergi merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon untuk menunggu ajalnya.
Makalah yang di kemukakan Tjipto adalah juga tuduhan kepada pemerintah belanda, yaitu bagaimana tidak bertanggung jawabnya pemerintah terhadap rakyat kecil yang tidak ber-daya padahal tenaga mereka telah dip eras intuk kepentingan mereka.
Dalam ke hidupan tjipto selanjutnya , yang selalu ada perjuangan terhadap rakyat kecil dalam bidang propesinya ia mencoba melayani mereka dengan keahliannya . Di bidang yang lain, di bidang politik ia merupakan orang yang sangat radikal memperjuankan nasib kaum yang tertindas. Hal ini jelas dari tulisan-tulisan di surat kabar di mana ia menjadi pemimpin harian de exspres. Dan sebuah majalah het tijdschrift. Kedua media ini merupakan sarana perjuangannya , perjuangan Tjipto dilakukan juga melalui volksraad(dewan rakyat) tema yang selalu di kemuka-kan adalah masalah-masalah social antaralain ,perbedaan social dalam angkatan darat, hak-hak kewarganegaraan, dan prasangaka kam pribumi.
Demikian lah tjipto mangunkusumo, tokoh yang sangat memperhatikan rakyat kecil.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. anak kampung blog - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger