indonesia blog

blog-indonesia.com

paradigma anak kampung

anak kampung, mendengar katanya saja sudah terpikir yang norak,jadul,kampungan, di tambah lagi gaptek. itulah yang sering terdengar dari teling ke telinga setelah mendengar kata anak kampung apa lagi melihat orangnya. anak kampung yang menjadi sorotan publik tentang anak kampung. hal-hal semacam ini yang memang sudah menjadi trend publik tentang anak kampung, entah mengapa hal ini bisa terjadi apakah yang menjadi penyebab akar dari permasalahan ini. bila di telusuri sejatinya bibit unggulan untuk bertaruh nasaib di jagat raya. bila di telisik lebih dalam lagi di kota metropolitan ini, semua yang sukses,terbengkalai,bahkan tidak di ketahui nasibnya berawal dari anak kampung, yang mengadu nasib di kota metropolitan.ada yang niat dari kampung tuk menjadi orang yang sukses, menuntut ilmu, bekerja, bahkan hanya sekedar pelarian. inilah sekelumit gambaran anak kampung yang akan merubah nasib di kota ,serta paradigma imej pandangan masyarakat. apa bila pulang kampung.
anak kampung yang terbiasa hidup di pedesaan,atau di perkampungan akan merasa minder,canggung bila tiba di kota. karena merasakan suatu hal yang baru hal yang takterpikir sebelumnya hal yang berbasis kehidupan individualis, tanpa menghormati sosialis. rasa kenyataan hidup yang gamang, aneh sepertinya. dari segi lingkungan yang terbiasa dengan kicauan burung di pagi hari, rombongan orang ke ladang penuh canda tawa tegur sapa penuh ke harmonisan, iringan kerbau ke sawah, jeritan tangis anak kecil yang baru bangun di pagi hari yang merasa haus ingin menyusu dengan ibunya dengan penuh rasa kasih sayang..
tapi apa yang di rasakan setelah berada di kota, bukan kicauan burung yang terdengar, tp jeritan suara kendaraan yang berlalulalan, bukan rombongan orang yang ke ladang yang penuh rasa sosialis, tp rombongan orang yang angkuh berangkat ke tempat kerja, ke kantor, yang penuh ke angkuhan tak perduli sesama dengan alasan waktu. bukan iringan kerbau yang menuju ke sawah, tp kereta yang melaju deras begitu lepas, hingga merengut jiwa. bukan jeritan anak kecil yang menangis yang terdengar sendu ingin di manjaakan oleh ibu, tapi jeritan tangis anak kecil yang di acuhkan jutaan orang yang berlalulalang, tak perduli sesama, acuh dengan ke adaan kalupun ada hanya segelumit saja.
melihat semacam ini, apakah paradigama hidup di kota memang seperti ini, berusaha mengikuti, terlarut dalam budaya ini, terhindar rasa saling peduli serta mengasihi, apakah mempertahankan budaya kampung. memang hal yang sulit tuk dijalani di kehidupan kota ini, tapi apakah harus budaya kampung terzolimi dengan hal semacam ini. meninggalkan rasa peduli. karena berada di kota ini dan harus beradaptasi. ahhh tentu tidak jangan sampai kebudayaan kampung yang penuh rasa sosialis berevolusi menjadi panatis, tapi jangan sampai berada di kota menjadikan sekat-sekat ras serta budaya kampung. membedakan satu dengan yang lainnya. memang hal mencirikan budaya sangat jelas. orang yang berasal dari jogja dia aka mempertahankan kejogjaanya di kota ini, orang yang berasl dari jawa akan mempertahankan  ke jawannya di kota ini. orang yang berasal dari sunda akan mempertahankan ke sundaannya di kota ini., begitupun seterusnya.tapi bila menyatu,beriringan,berjabat tangan, peduli sesama maka harmonislah kehidupan ini. menarik lebih jauh lagi maka akan di temukan titik temu yang selaras dan seimbang. dengn begitu rasa saling menghargai, serta menjadi sosialis akan terjadi. dan akan mengubah paradigma anak kampung. karena semua menyadari karena kami berasl dari kampung. menyatu dan melebur di kota ini dengan tujuan yang beraneka ragam.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. anak kampung blog - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger